"Wow! Raksasa? Apa itu?" Lili penasaran. Dia pun melangkah masuk. Betapa kagetnya Lili. Saat masuk, dia melihat banyak makhluk dengan ukuran tubuh berkali-kali lipat ukuran tubuhnya.
"Astaga, mereka besar sekali. Mereka pasti kuat!"
Tiba-tiba, Lili merasa tanah di sekitarnya bergoyang. Ternyata, ada raksasa yang mendekatinya. "Eh, siapa kamu? Mau, mengintip kami?" tanya nya .
Lili terperangah. Namun, dia sama sekali tak merasa takut. "Aku Lili. Aku tersesat."
Raksasa itu menyorongkan tangan, lalu mempersilakan Lili naik ke telapak tangannya. "Kalau begitu, menginaplah di sini. Besok, kami akan mengantarmu pulang,"
Malam itu, Lili dijamu makan. Ternyata, para raksasa itu amat ramah.
"Mengapa tubuh kalian besar? Kalian makan apa?" tanya Lili.
"Kamu mau tahu? Ini rahasianya." Raksasa menunjuk kue berwarna ungu.
"Kalau kamu mau, kamu boleh membawa bahan-bahannya. Nanti kamu buat sendiri kuenya."
Lili senang sekali. Dia ingin jadi besar, seperti raksasa. Malam itu, dia tidur dan bermimpi menjadi raksasa yang cantik.
Keesokan hari, seorang raksasa membantu Lili pulang. Tak sulit baginya untuk menemukan desa Lili. Raksasa hanya periu melongok sebentar dan dia sudah menemukannya.
Lili menghambur pulang. Sebelumnya, dia mengucapkan terima kasih. Sesampai di rumah, Lili menunjukkan bahan kue ungu pada ibunya. "Kalau aku makan kue ungu, nanti aku bisa besar. Aku ingin menjadi raksasa."
Ibu Li li ternganga. "Eh, tunggu! Jangan asal makan, bagaimana kalau makanan itu tidak cocok untukmu? Nanti kamu bisa sakit," ujar Ibu cemas.
Lill bersikukuh. "Tidak apa-apa, Bu. Lihat para raksasa itu, mereka kuat dan sehat." Lili pun mulai memasak.
Sekarang, kue ungu itu sudah matang. Lill senang sekali. Saat dia hendak memasukkan kue ke mulutnya, Ibu mencegahnya lagi. "Lili, sudahlah. Mengapa, sih, kamu ingin jadi raksasa? Ibu takut terjadi apa-apa padamu,"
Namun, Lili acuh. Dia mulai menyantap kue-kuenya. Dalam sekejap, Lili merasa tubuhnya begitu bugar. "Badanku terasa segar. Hmm, tapi aku, kok, belum besar juga ya?" Usai berkata demikian, tiba-tiba terjadi keanehan, tubuh Lili pelan-pelan mulai membesar.
Dia jadi besar ... besar ... dan besar! Kepalanya menyundul langit- langit rumah dan semua pun jadi berantakan. Ibu Lili berteriak cemas, tapi Lili malah tertawa senang. Dia berjalan berkeliling desa. Bum ... bum ... suara Iangkah kaki Lili berdebum. Semua yang dilewatinya jadi rusak.
Ketua desa marah sekali. Dia berteriak.
"Lili, hentikan langkahmu! Lihat, apa yang sudah kamu perbuat?"
Lili melongok. Olala, desanya jadi kacau balau. Teman-temannya pun menangis karena rumahnya kini rata dengan tanah.
"Kamu tak bisa lagi tinggal di sini. Sana, tinggallah bersama raksasa," usir mereka.
Lili terkejut. Dia tak menyangka penduduk desa tega mengusirnya. Lili lalu kembali kepada ibunya.
Ibunya menghibur. "Pergilah ke desa raksasa lagi dan temuilah ketuanya. Minta padanya untuk memberi ramuan yang bisa mengembalikan ukuran tubuhmu."
Lili mengangguk. Dia berharap tubuhnya benar-benar bisa kembali mengecil. Dia tak mau meninggalkan ibu dan desanya tercinta.
"Astaga, mereka besar sekali. Mereka pasti kuat!"
Tiba-tiba, Lili merasa tanah di sekitarnya bergoyang. Ternyata, ada raksasa yang mendekatinya. "Eh, siapa kamu? Mau, mengintip kami?" tanya nya .
Lili terperangah. Namun, dia sama sekali tak merasa takut. "Aku Lili. Aku tersesat."
Raksasa itu menyorongkan tangan, lalu mempersilakan Lili naik ke telapak tangannya. "Kalau begitu, menginaplah di sini. Besok, kami akan mengantarmu pulang,"
Malam itu, Lili dijamu makan. Ternyata, para raksasa itu amat ramah.
"Mengapa tubuh kalian besar? Kalian makan apa?" tanya Lili.
"Kamu mau tahu? Ini rahasianya." Raksasa menunjuk kue berwarna ungu.
"Kalau kamu mau, kamu boleh membawa bahan-bahannya. Nanti kamu buat sendiri kuenya."
Lili senang sekali. Dia ingin jadi besar, seperti raksasa. Malam itu, dia tidur dan bermimpi menjadi raksasa yang cantik.
Keesokan hari, seorang raksasa membantu Lili pulang. Tak sulit baginya untuk menemukan desa Lili. Raksasa hanya periu melongok sebentar dan dia sudah menemukannya.
Lili menghambur pulang. Sebelumnya, dia mengucapkan terima kasih. Sesampai di rumah, Lili menunjukkan bahan kue ungu pada ibunya. "Kalau aku makan kue ungu, nanti aku bisa besar. Aku ingin menjadi raksasa."
Ibu Li li ternganga. "Eh, tunggu! Jangan asal makan, bagaimana kalau makanan itu tidak cocok untukmu? Nanti kamu bisa sakit," ujar Ibu cemas.
Lill bersikukuh. "Tidak apa-apa, Bu. Lihat para raksasa itu, mereka kuat dan sehat." Lili pun mulai memasak.
Sekarang, kue ungu itu sudah matang. Lill senang sekali. Saat dia hendak memasukkan kue ke mulutnya, Ibu mencegahnya lagi. "Lili, sudahlah. Mengapa, sih, kamu ingin jadi raksasa? Ibu takut terjadi apa-apa padamu,"
Namun, Lili acuh. Dia mulai menyantap kue-kuenya. Dalam sekejap, Lili merasa tubuhnya begitu bugar. "Badanku terasa segar. Hmm, tapi aku, kok, belum besar juga ya?" Usai berkata demikian, tiba-tiba terjadi keanehan, tubuh Lili pelan-pelan mulai membesar.
Dia jadi besar ... besar ... dan besar! Kepalanya menyundul langit- langit rumah dan semua pun jadi berantakan. Ibu Lili berteriak cemas, tapi Lili malah tertawa senang. Dia berjalan berkeliling desa. Bum ... bum ... suara Iangkah kaki Lili berdebum. Semua yang dilewatinya jadi rusak.
Ketua desa marah sekali. Dia berteriak.
"Lili, hentikan langkahmu! Lihat, apa yang sudah kamu perbuat?"
Lili melongok. Olala, desanya jadi kacau balau. Teman-temannya pun menangis karena rumahnya kini rata dengan tanah.
"Kamu tak bisa lagi tinggal di sini. Sana, tinggallah bersama raksasa," usir mereka.
Lili terkejut. Dia tak menyangka penduduk desa tega mengusirnya. Lili lalu kembali kepada ibunya.
Ibunya menghibur. "Pergilah ke desa raksasa lagi dan temuilah ketuanya. Minta padanya untuk memberi ramuan yang bisa mengembalikan ukuran tubuhmu."
Lili mengangguk. Dia berharap tubuhnya benar-benar bisa kembali mengecil. Dia tak mau meninggalkan ibu dan desanya tercinta.
Posting Komentar