Roki melepas cacing-cacingnya. Dengan tangannya yang belepotan tanah, dia tergopoh masuk ke dalam rumah.
Barn ... barn ... barn, suara langkah kakinya mengguncang bumi.
Ibu melotot melihat penampilan Roki yang amburadul. Akan tetapi, dalam sedetik, Ibu langsung ingat untuk apa dia memanggil Roki. Telunjuk Ibu mengacung lurus ke kamar Roki yang berantakan.
"Bersihkan sekarang juga!" perintah Ibu.
Roki cemberut. Mukanya ditekuk. "Aku capai, Bu. Kepalaku pusing karena kepanasan," katanya.
Ibu Raksasa tak peduli. "Kenapa kalau main kamu tidak capai? Sedangkan, kalau Ibu suruh membersihkan kamar, kamu pasti bilang capai. Lihat sampah-sampah itu. Kamu jorok sekali, nanti kamarmu didatangi semut."
Roki malah terbahak meremehkan. "Semut, kan, kecil. Mengapa aku harus takut pada semut? Raksasa dan semut, pasti menang raksasa, kan?"
Ibu Raksasa tak peduli dengan jawaban Roki. Dia meninggalkan Roki sambil berpesan dengan tegas, "Pokoknya, kamu harus membersihkan kamarmu."
Roki pun menjawab dengan memonyongkan bibir. Tentu tanpa sepengetahuan ibunya. Jika Ibu tahu, bisa-bisa Roki diomeli selama satu jam tanpa putus. Sepeninggal ibunya, Roki malah bersantai-santai. Dia menemukan perrmen tangkai di bawah bantalnya.
"Wah, lumayan nih, masih bisa dimakan," katanya sambil mengulum permen itu.
Sambil makan permen, Roki mengambil buku ceritanya. Dia membaca kisah tentang raksasa yang jahat.
"Ih, kenapa tokoh raksasa di buku ini jahat? Padahal, raksasa, kan, baik-baik.
Aku, misalnya."Roki mengguman sendiri. Tak terasa, Roki tertidur. Saat enak-enak tidur, Roki berteriak kencang. "Auuuwww," tanpa sadar, Roki meloncat dari tempat tidurnya.
BUUUM ... Roki tergeletak di lantai kamar. Dia berguling dan berteriak sambil mengorek-korek telinga.
"Hoaa, sakit. Ibuuu ...," teriaknya.
Ibu Raksasa datang tergopoh-gopoh. Dia kaget sekali melihat ranjang Roki yang penuh semut. Permen tangkai Roki lengket di bantalnya. Ibu lebih kaget lagi saat melihat Roki berguling-guling di lantai.
"Hei, jangan berguling-guling begitu. Lihat, perabotan kamar ini jadi berantakan terkena tubuhmu!" tegur Ibu.
"Aku sakit, Bu. Huhu ... telingaku sakit. Sepertinya, dimasuki semut."
Ibu Raksasa terbelalak. Dia buru-buru menolong Roki. Ternyata benar, kuping Roki merah dan bengkak. Ibu melihat beberapa semut masih berkeliaran di sekitar daun telinga Roki.
"Nah, sekarang kamu tahu mengapa Ibu menyuruhmu membersihkan kamar, kan? Sekarang terbukti, kalau raksasa kalah juga pada semut?" kata Ibu sambil menetesi telinga Roki dengan salep anti gatal. Roki mengangguk. Sejak saat itu, tiap pagi Roki selalu merapikan kamar dan menyapu lantai.
"Bersihkan kamarmu, sekarang!" Begitu kata Mama.
Apa itu artinya Mama tak sayang pada kalian? Tunggu dulu, tidak perlu berprasangka buruk dulu pada Mama, ya. Jika Mama cerewet soal kebersihan, artinya Mama sedang melatih kalian untuk menjaga kebersihan dimulai dari kamar kalian sendiri. Sika kamar kalian bersih dan wangi, tentu kalian sendiri yang akan menikmatinya, kan?
Barn ... barn ... barn, suara langkah kakinya mengguncang bumi.
Ibu melotot melihat penampilan Roki yang amburadul. Akan tetapi, dalam sedetik, Ibu langsung ingat untuk apa dia memanggil Roki. Telunjuk Ibu mengacung lurus ke kamar Roki yang berantakan.
"Bersihkan sekarang juga!" perintah Ibu.
Roki cemberut. Mukanya ditekuk. "Aku capai, Bu. Kepalaku pusing karena kepanasan," katanya.
Ibu Raksasa tak peduli. "Kenapa kalau main kamu tidak capai? Sedangkan, kalau Ibu suruh membersihkan kamar, kamu pasti bilang capai. Lihat sampah-sampah itu. Kamu jorok sekali, nanti kamarmu didatangi semut."
Roki malah terbahak meremehkan. "Semut, kan, kecil. Mengapa aku harus takut pada semut? Raksasa dan semut, pasti menang raksasa, kan?"
Ibu Raksasa tak peduli dengan jawaban Roki. Dia meninggalkan Roki sambil berpesan dengan tegas, "Pokoknya, kamu harus membersihkan kamarmu."
Roki pun menjawab dengan memonyongkan bibir. Tentu tanpa sepengetahuan ibunya. Jika Ibu tahu, bisa-bisa Roki diomeli selama satu jam tanpa putus. Sepeninggal ibunya, Roki malah bersantai-santai. Dia menemukan perrmen tangkai di bawah bantalnya.
"Wah, lumayan nih, masih bisa dimakan," katanya sambil mengulum permen itu.
Sambil makan permen, Roki mengambil buku ceritanya. Dia membaca kisah tentang raksasa yang jahat.
"Ih, kenapa tokoh raksasa di buku ini jahat? Padahal, raksasa, kan, baik-baik.
Aku, misalnya."Roki mengguman sendiri. Tak terasa, Roki tertidur. Saat enak-enak tidur, Roki berteriak kencang. "Auuuwww," tanpa sadar, Roki meloncat dari tempat tidurnya.
BUUUM ... Roki tergeletak di lantai kamar. Dia berguling dan berteriak sambil mengorek-korek telinga.
"Hoaa, sakit. Ibuuu ...," teriaknya.
Ibu Raksasa datang tergopoh-gopoh. Dia kaget sekali melihat ranjang Roki yang penuh semut. Permen tangkai Roki lengket di bantalnya. Ibu lebih kaget lagi saat melihat Roki berguling-guling di lantai.
"Hei, jangan berguling-guling begitu. Lihat, perabotan kamar ini jadi berantakan terkena tubuhmu!" tegur Ibu.
"Aku sakit, Bu. Huhu ... telingaku sakit. Sepertinya, dimasuki semut."
Ibu Raksasa terbelalak. Dia buru-buru menolong Roki. Ternyata benar, kuping Roki merah dan bengkak. Ibu melihat beberapa semut masih berkeliaran di sekitar daun telinga Roki.
"Nah, sekarang kamu tahu mengapa Ibu menyuruhmu membersihkan kamar, kan? Sekarang terbukti, kalau raksasa kalah juga pada semut?" kata Ibu sambil menetesi telinga Roki dengan salep anti gatal. Roki mengangguk. Sejak saat itu, tiap pagi Roki selalu merapikan kamar dan menyapu lantai.
Pesan kasih sayang dari Kumpulan Kumpulan Dongeng Anak : Roki Si Raksasa adalahPernahkah kalian diomeli Mama gara—gara kamar kalian berantakan?
"Bersihkan kamarmu, sekarang!" Begitu kata Mama.
Apa itu artinya Mama tak sayang pada kalian? Tunggu dulu, tidak perlu berprasangka buruk dulu pada Mama, ya. Jika Mama cerewet soal kebersihan, artinya Mama sedang melatih kalian untuk menjaga kebersihan dimulai dari kamar kalian sendiri. Sika kamar kalian bersih dan wangi, tentu kalian sendiri yang akan menikmatinya, kan?
Posting Komentar