0

Keberanian Mengambil Keputusan Meraih Sukses

Keberanian Mengambil Keputusan Meraih Sukses

Tono dan Kiki adalah dua orang sahabat, yang sama-sama memiliki impian untuk membangun bisnis. Mereka ingin sukses besar dengan cepat. Tapi, kedua orang ini sepakat untuk menjalani bisnis yang berbeda, berhubung keduanya memang berjauhan tempat tinggalnya. Yang satu di Jakarta dan satunya lagi di Bandung.

Setelah tidak bertemu selama 5 tahun. Hari ini mereka bertemu kembali di sebuah cafe di Bandung.

Tono bertanya kepada temannya si Kiki, “Bagaimana Ki, dengan bisnis kamu? Kelihatannya kamu sudah sukses.”

“Alhamdulillah, bisnis rumah makan saya sudah memiliki 7 cabang di berbagai kota. Bagaimana dengan kamu? Bukankah kamu akan membuka konveksi?” kata Kiki.

“Iya dulu, saya memang berpikir akan membuka konvesksi. Ternyata, setelah saya tanya-tanya, tidak semudah yang dikira. By the way, bukankah kamu dulu akan membuka toko kelontong? Koq malah jadi rumah makan?” tanya Tono.

“Ya, saya sempat membuka toko kelontong, sebenarnya sampai sekarang masih jalan. Perkembangannya kurang bagus. Akhirnya saya putuskan membuka rumah makan. Ternyata, disana passion saya dan bisa berhasil sejauh ini. Kamu bagaimana? Sudah jalan konveksinya?” Kiki balik tanya.

“Belum Ki, saya masih ragu. Takut kalau sudah jalan malah rugi. Saya masih memikirkannya.” jawab Tono.

“Wah, kita kan sudah 5 tahun berpisah, kamu masih memikirkan satu bisnis?” tanya Kiki heran.

“Betul, kita kan tidak boleh sembarangan memutuskan. Saya sedang memikirkan matang-matang.” jawab Kiki memberikan penjelasan.

“Begini Ton, saya saat berpisah dengan kamu langsung membuka toko kelontongan. Awalnya lumayan, tapi lama kelamaan, tidak berjalan dengan bagus. Nah saya ambil hikmah dari sana, ternyata passion saya kurang untuk mengelola toko kelontongan. Saya suka kuliner, terbukti saya sering ngajak kamu makan di luar. Saya rasa passion saya di kuliner, dan saya coba. Alhamdulillah berhasil.” jelas Kiki.

“Wah, kamu hebat. Saya masih ragu. Takut gagal.” jelas Tono.

“Saya juga sempat buka bisnis rental mobil lho! Mobil saya tabrakan parah dan tidak punya uang untuk memperbaikinya. Gagal itu wajar, tapi kalau kamu tidak dicoba, kamu tidak akan pernah tahu mana yang akan berhasil dan mana yang akan gagal.” jelas Kiki.

“Oh gitunya? Saya masih ragu …” kata Tono.

“Kamu harus berani mengambil keputusan. Kalau gagal, ya gagal. Kamu cepat mengetahuinya sehingga kamu bisa bertindak lagi. Semakin cepat kamu mengambil keputusan, semakin cepat bertindak, semakin cepat gagal, gagal lagi, dan sampai bertemu keberhasilan. Jika kamu tidak berani mengambil keputusan, kamu tidak akan mendekati keberhasilan kamu.”

“Bukankah sebuah bisnis itu harus dipikirkan matang-matang?” tanya Tono.

“Saya sangat setuju sekali. Seperti dijelaskan di video Bisnis Anti Gagal, ide bisnis harus dipikirkan matang-matang. Serius. Saya menghabiskan waktu 3 bulan untuk memikirkan konsep rumah makan. Dan hasilnya Alhamdulillah, dalam waktu 2 tahun sudah memiliki 7 cabang. Tapi, keputusan untuk memilih bisnis rumah makan, saya ambil dengan cepat.” kata Kiki panjang lebar.

“Nggak kelamaan mikirin bisnis 3 bulan?” tanya Tono.

“Apa lagi kamu, 5 tahun nggak jadi-jadi!” jawab Kiki.

“He he …” jawab Tono sambil menyeringai.

“Jadi menurut kamu, saya harus bagaimana?” lanjut Tono.

“Ambil keputusan, bergerak, biar cepet tahu dan cepet punya pengalaman.” jelas Kiki.

“Menurut kamu, bisnis konveksi bagus tidak?” tanya Tono.

“Begini …. Pertama: kamu tidak akan tahu sebelum kamu mencoba. Kedua: jangan pernah menggantungkan keputusan dari orang lain. Kamu yang ambil keputusan, kamu yang bertanggung jawab, dan kamu ambil hikmahnya sendiri.” jelas Kiki.

“OK dech, akan saya coba. Saya akan buka bisnis konveksi. Tapi … saya tidak punya modal. He he … bisa nggak kamu ngemodalin saya?” tanya Tono sambil tersenyum memelas.

“Ah dasar kamu! Bukannya kamu punya uang?” tanya Kiki.

“Iya, dulu ada. Tapi sekarang sudah habis dipakai untuk makan sehari-hari.” jelas Tono.

“Kamu sich, ngambil keputusan lama amat. Keburu habis tuch modal kamu.” jelas Kiki.

“Jadi, kamu mau ngemodalin saya?” tanya Tono, tetap memelas.

“Gampang, saya akan kasih modal setengah dari yang kamu butuhkan. Tapi ada syaratnya, yang setengahnya lagi harus kamu dapatkan dulu, setelah dapat nanti saya tambah modalnya sampai cukup.” kata Kiki.

“Ah .. kamu, bikin syaratnya susah. Jadi saya harus nyari dulu modal ke orang lain?” tanya Tono.

“Ya” jawab Kiki singkat.

“Tapi … ada nggak yang mau ngasih pinjam modal ke saya?” tanya Tono.

“Tuh kan, dasar kamu. Belum dicoba sudah ragu duluan. Coba dulu … !” kata Kiki.

“OK dech saya coba. Tapi kalau nggak dapat, modal dari kamu semua ya?” kata Tono sambil tertawa.

“Nggak! Nggak akan, syaratnya tetap. Kamu dapatkan dulu dari orang lain, baru saya kasih.” kata Kiki, serius.

“Iya … tapi kalau nggak dapat-dapat?” tanya Tono.

“Kalau kamu nggak dapat-dapat pemodal, artinya ada yang harus diperbaiki. Bisa konsep bisnis kamu kurang menarik. Bisa juga rencana bisnis kamu kurang bagus, atau kamu kurang bisa menjual ide. Kamu perbaiki lagi itu semua, kemudian cari lagi.” jelas Kiki.

“Oh gitu yah …. ?” kata Tono

“Ya iyalah …” kata Kiki

Posting Komentar

 
Top