Kisah Inspirasi Tidak Sempat
Masih malam, jam 1:00, disaat orang masih terlelap tidur, pak Usman sudah bengun dan langsung bersiap-siap untuk pergi. Segala perbekalan dibawa termasuk makanan, minuman, dan golok. Mau ke mana pak Usman? Pak Usman adalah seorang pedagang bambu yang rumahnya di sekitar hutan bambu yang terletak di atas sebuah gunung.
Setelah perbekalan siap, dia pun ke luar rumah sambil melirik anak dan istrinya yang sedang nyenyak tidur. Mungkin, dia ingin berpamitan tetapi kasihan melihat anak dan istrinya sedang tidur pulas. Dia pun berangkat dan mengunci pintu dari luar. Tentu, pak Usman punya kunci duplikat karena hampir setiap hari ke luar malam.
Dia pun menghampiri gerobak yang sudah terisi bambu. Ternyata temannya mang Dadan sudah menunggu disana.
“Yuk, kita berangkat.” kata pak Usman. Tanpa basa basi lagi mereka langsung mendorong gerobak menuruni jalan yang lumayan curam. Perjalanan pun ditempuh cukup lama. Mereka sesekali berhenti untuk beristirahat meminum kopi yang mereka bawa dengan botol bekas minuman air mineral.
Sampai di kota, mata hari pun sudah terbit. Sinar matahari yang sebenarnya belum terik, tetapi cukup untuk membuat tubuh Mang Dadan dan pak Usman basah kuyup karena keringat. Sesampainya di dekat pasar mereka pun berhenti dan berharap ada pembeli yang datang.
Sampai datang seorang pria setengah baya, dengan pakai ala haji (katanya) menghampiri mereka.
“Assalamu’alaikum…” kata bapak tersebut sambil tersenyum.
“Wa’alikum salam pak Haji.” Jawab pak Usman. Pak Usman manggil pak haji untuk tujuan menyenangkan calon pembelinya. Dia tidak tahu apakah orang ini sudah berhaji atau belum. Tapi dia tidak peduli, yang penting bapak ini senang dan membeli bambunya.
“Perlu bambu pak Haji?” tanya mang Dadan tidak kalah sopan.
“Betul, Mushola di tempat saya mau diperbaiki dan perlu bambu untuk stagger dan untuk reng.” kata orang yang yang dipanggil pak Haji. OK dech, kita sebut saja pak Haji.
“Kebetulan pak Haji, saya bawa bambu bagus. Baru datang, saya baru menebangnya kemarin. Silahkan dilihat.” kata pak Usman.
“Oh, baru datang yah? Memang bapak-bapak berangkat jam berapa dari rumah?” tanya pak Haji.
“Sekitar jam satu atau setengah dua, pak Haji.” jawab mang Dadan.
“Mmm. Ngomong-ngomong, bapak-bapak shalat shubuh dimana?” tanya pak Haji.
Mereka terkejut dengan pertanyaan ini, sebab mereka tidak shalat shubuh. Mereka malu, tetapi mereka tidak berani bohong.
“He he, tidak sempat pak Haji. Saya takut terlambat dan didahului oleh orang lain.” jawab pak Usman malu-malu.
Pak Haji pun tersenyum. “Mulai besok, bagaimana jika berangkat lebih malam, jadi begitu waktu subuh, bapak-bapak bisa menyempatkan diri untuk shalat sambil beristirahat.”
“Baik pak Haji.” jawab mereka serempak sambil tersenyum malu-malu. “Oh ya, mau beli semua pak Haji?”
“Oh iya, hampir lupa. Berapa semuanya?” tanya pak Haji. Setelah sepakat harga, mereka pun langsung mendorong gerobak menuju Mushala yang sedang direnovasi.
Posting Komentar